banner 720x220

Hari Perempuan Internasional 2025: Tema, Sejarah, dan Perjuangan Kesetaraan

Jakarta – Setiap tanggal 8 Maret, dunia memperingati Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day/IWD) sebagai simbol perjuangan hak dan kesetaraan gender. Tahun 2025 ini, perayaan tersebut menjadi lebih istimewa karena bertepatan dengan 30 tahun Deklarasi dan Landasan Aksi Beijing, sebuah kesepakatan global yang menjadi dasar perjuangan hak-hak perempuan.

Namun, peringatan tahun ini juga berlangsung di tengah berbagai tantangan, termasuk meningkatnya ketidakpastian global, menurunnya kepercayaan terhadap demokrasi, serta menyempitnya ruang bagi gerakan sipil. UN Women, organisasi PBB yang berfokus pada kesetaraan gender, menegaskan bahwa momentum ini harus dimanfaatkan untuk mempercepat perubahan nyata bagi perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia.

Tema Hari Perempuan Internasional 2025

Pada tahun ini, Hari Perempuan Internasional mengusung tema “For ALL Women and Girls: Rights. Equality. Empowerment.” atau “Untuk SEMUA Perempuan dan Anak Perempuan: Hak. Kesetaraan. Pemberdayaan.” Tema ini menyoroti pentingnya kesetaraan hak, akses terhadap kekuasaan, serta kesempatan yang sama bagi perempuan di semua lapisan masyarakat.

Peringatan ini juga menjadi seruan bagi seluruh pihak untuk bertindak dalam tiga bidang utama:

  1. Memajukan hak-hak perempuan dan anak perempuan – Menghapus segala bentuk diskriminasi, kekerasan, dan eksploitasi terhadap perempuan.
  2. Mempromosikan kesetaraan gender – Mengatasi hambatan sistemik, membongkar patriarki, serta memastikan suara perempuan dan kelompok yang terpinggirkan lebih didengar.
  3. Mendorong pemberdayaan – Memastikan akses inklusif terhadap pendidikan, pekerjaan, kepemimpinan, dan ruang pengambilan keputusan bagi perempuan dan anak perempuan.

Sejarah

Hari Perempuan Internasional pertama kali muncul pada awal abad ke-20 sebagai bagian dari perjuangan kaum perempuan untuk mendapatkan hak yang sama dalam dunia kerja dan politik.

Pada 8 Maret 1908, ribuan perempuan buruh di New York menggelar aksi protes menuntut jam kerja yang lebih manusiawi, upah yang lebih baik, serta hak untuk memilih dalam pemilu. Gerakan ini menginspirasi Clara Zetkin, seorang aktivis sosialis asal Jerman, untuk mengusulkan peringatan Hari Perempuan Internasional secara global dalam Konferensi Perempuan Sosialis Internasional tahun 1910.

banner 720x220

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *